Selasa, 20 September 2011

Penanaman agama pada anak

Anak adalah anugerah dari Allah yang harus dijaga. Ia tentunya memiliki berbagai potensi latent untuk dikembangkan. Diantaranya adalah potensi jasmani yang berkaitan dengan kemampuan motorik dan juga potensi rohani yang berkaitan dengan intelektual maupun spiritual.
Pada mulanya seorang bayi atau anak-anak belum mengenal agama. Oleh karena itu orang tua berkewajiban untuk mengembangkan kemampuan potensial (laten) anak, yang berupa pendengaran, penglihatan, dan hati nuraninya untuk mengetahui dan mengerti tugas dan kewajiban hidup, yaitu dengan menanamkan nilai-nilai agama Islam.
كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه

Artinya :
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci, bersih) maka orang tualah yang akan menjadikannya yahudi, nasrani, maupun majusi.
(HR Bukhari dan Muslim)

Kesimpulan dari hadits diatas adalah bahwa :
  • Anak yang baru dilahirkan belum memiliki pengetahuan apa-apa, bahkan ia masih suci bersih.
  • Pendidikan orang tua di rumah / dalam keluarga sangat menentukan agama atau pandangan hidup anak.
Mengapa anak yang baru dilahirkan (masih dalam buaian ibunya) dan tidak berdaya dituntut mencari ilmu ?
Perintah menuntut ilmu kepada anak-anak, sebenarnya ditujukan kepada para orang tua. Orang tua wajib mendidik anaknya agar mereka kelak menjadi anak yang shaleh dalam menjalankan perintah agama yaitu anak mengabdi kepada Allah SWT, menta’ati Rasuln-Nya, berbakti kepada orang tua, hormat dan menghargai guru, berguna bagi agama dan masyarakat, serta menjadi rahmat bagi alam.
Bagaimana anak-anak mengenal tuhan dan kapan perasaan ketuhanan tumbuh pada diri anak-anak ?
Tuhan bagi anak-anak adalah suatu yang asing, mereka sama sekali tidak pernah berpikir tentang tuhan. Pada umumnya mereka belum memiliki kemampuan untuk memfungsikan pikiran dan hati nurani untuk mengenal tuhan, karena :
  • Tuhan bagi anak-anak merupakan suatu yang asing
  • Tuhan tidak berada pada dunia kongkrit, melainkan pada dunia yang abstrak
  • Anak-anak masih menggunakan cara berpikir kongkrit atau belum mampu berpikir abstrak
  • Pengetahuan dan perhatian anak-anak hanya terbatas, pada hal-hal yang dapat ditangkap dengan panca inderanya.
Menurut Daradjat, ”anak-anak mengenal tuhan melalui bahasa”, meskipun anak-anak belum bisa bicara. Tetapi ia sudah memiliki kemampuan mendengar dan melihat. Anak-anak mengenal Tuhan melalui orang tuanya dan kemudian melalui lingkungannya.
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengenalkan tuhan kepada anak antara lain :
  1. Melalui kegiatan bermain, seperti bernyanyi, deklamasi, membaca puisi dan permainan lain yang di dalamnya memuat isi pesan adanya tuhan
  2. Melalui kegiatan karya wisata atau tadabur alam untuk mengenal keindahan alam ciptaan tuhan.
  3. Melalui cerita, dengan memperkenalkan sifat-sifat tuhan yang maha pengasih serta penyayang, dan sifat-sifat baik lainnya, atau menceritakan tentang kebaikan dan pertolongan tuhan kepada orang-orang yang sholeh ketika mendapatkan kesulitan, atau cerita lainnya yang memuat isi pesan ketuhanan
  4. Melalui tauladan, dimana guru kerap berzikir menyabut nama-Nya dalam setiap kesempatan, seperti selalu membaca basmalah sebelum melakukan berbagai kegiatan, dan mengucapkan hamdalah sesudahnya, serta mengucapkan kalimat tauhid lainnya.
  5. Melalui pembiasaan yang diterapkan kepada anak pada setiap kegiatan dengan berdo’a atau berdzikir sebelum dan sesudah melakukan berbagai kegiatan, seperti sebelum dan sesudah makan, minum, belajar, bermain, bekerja, berpakaian dan lain-lain.
  6. Melalui anjuran untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT, setiap menerima kegembiraan, bersabar dan berdo’a kepada-Nya ketika menerima kegagalan dan cobaan.
  7. Melalui permainan peran sebagai tokoh yang baik, bijak, shaleh dan selalu berdo’a kepada Allah SWT, dan selalu mendapatkan pertolongannya.

Pemeliharaan, perawatan dan pendidikan anak merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh kedua orang tua dan para pendidik. Lantaran anak-anak merupakan cikal bakal generasi penerus dari sebuah bangsa dan sekaligus merupakan sebuah amanat dari Allah SWT yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu sebagai ujian dan (cobaan) dan sesungguhnya di sisi Allah lah yang besar". (QS. Al-Anfal: 28)
Dalam siklus kehidupan manusia, masa kanak-kanak merupakan periode yang paling penting, namun sekaligus juga merupakan periode yang memerlukan perhatian dan kesungguhan dari pihak-pihak yang bertanggungjawab mengenai kehidupan anak-anak.
Masa kanak-kanak merupakan sebuah periode pembentukan watak, kepribadian dan karakter dari seorang manusia agar mereka tidak memiliki kekuatan dan kemampuan serta mampu berdiri tegak dalam meniti kehidupan. Oleh sebab itu kedua orang tua dan pendidik dituntut untuk memenuhi kebutuhan anak-anak agar mereka terpelihara serta dapat menerapkan semua petunjuk dan pedoman yang diberikan kepada mereka untuk bekal kehidupan kelak dikemudian hari.
Proses pemeliharaan, perawatan dan pendidikan anak sebenarnya sama halnya dengan menabur benih, jika cara menabur benih tersebut dilakukan dengan benar di atas lahan pertanian yang subur pula, maka tentunya akan menghasilkan tanaman dan buah yang baik pula. Demikian pula pendidikan yang baik, lurus dan mulia akan menghasilkan generasi yang baik, lurus, dan mulia pula. Dan sebaliknya pendidikan yang sesaat, keliru dan tidak bertanggungjawab akan menghasilkan suatu generasi penerus dan tidak dapat diharapkan.
Pemikiran sosial dalam Islam setuju dengan sosial modern yang mengatakan bahwa keluarga merupakan unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat di mana hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya sebagian besar bersifat hubungan-hubungan langsung. Di sinilah berkembang individu dan terbentuknya tahap-tahap awal proses pemasyarakatan dan melalui interaksi dengannya ia memperoleh keterampilan, minat, nilai-nilai emosi dan sikapnya dalam hidup. Dengan itu ia memperoleh ketenteraman dan ketenangan.
Berkenaan dengan pendidikan dikemukakan antara lain sebagai berikut; ‘’pendidikan berlangsung seumur hidup dan di laksanakan di dalam lingkungan, rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggungjawab antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Tanggungjawab pendidik diselenggarakan dengan kewajiban mendidik.secara umum mendidik ialah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.Bimbingan itu adalah aktif dan pasif. Dikatakan "pasif” artinya sipendidik tidak mendahului "masa peka" akan tetapi menunggu dengan seksama dan sabar. Sedangkan bimbingan aktif terletak di dalam ; (a) pengembangan daya-daya yang sedang mengalami masa pekanya (b) pemberian pengetahuan dan kecakapan yang penting untuk masa depan si anak dan (c) membangkitkan motif-motif yang dapat menggerakkan sianak untuk berbuat sesuai dengan tujuan hidupnya.
Pemberian bimbingan ini dilakukan oleh orang tua di dalam lingkungan rumah tangga, para guru di dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Sedangkan pendidikan Islam adalah mengembangkan atau membantu tumbuh suburnya agama tersebut pada manusia (anak), dalam pengertian bagaimana pendidik agama membelajarkan anak, agar mereka mampu mengaktualkan imannya melalui amal-amal saleh untuk mencapai prestasi iman (taqwa).
Pendekatan keagamaan dalam pendidikan anak dimaksudkan adalah bagaimana cara pendidik memproses anak didik melalui kegiatan bimbingan, latihan atau pengajaran keagamaan, termasuk di dalamnya mengarahkan, mendorong dan memberi semangat kepada anak agar taat dan mempunyai cita rasa beragama Islam, untuk mencapai tujuan pendidikan pada anak TK tersebut.
Menurut Zakiah Daradjat (1976), bahwa perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang di laluinya terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun. Masa ini merupakan masa yang sangat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan agama anak untuk masa berikutnya.
Ajaran agama yang diberikan pada anak bukan pengajaran dan pemberian pengertian yang muluk-muluk, karena keterbatasan kemampuan dan kesanggupan anak dalam perbendaharaan bahasa atau kata-kata. Pendidikan keagamaan pada anak lebih bersifat teladan atau peragaan hidup secara riil, dan belajar dengan cara meniru-niru, menyesuaikan dan mengintegrasi diri dalam suatu suasana. Karena itu latihan-latihan keagamaan dan pembiasaannya itulah yang harus lebih ditonjolkan, misalnya latihan ibadah sholat, do'a, membaca Al-Qur'an, menghafalkan ayat-ayat pendek, sholat berjamaah di musholla atau masjid, latihan dan pembiasaan akhlak atau ibadah sosial dan sebagainya. Dengan demikian lama kelamaan anak akan tumbuh rasa senang dan terdorong untuk melakukan ajaran-ajaran agama tanpa ada paksaan atau suruhan dari luar, tetapi justru merupakan dorongan dari dalam dirinya.
Dalam proses pendidikan,metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh manusia didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.
Bila metode, cara, tehnik yang digunakan pada lembaga taman kanak-kanak tidak sesuai dengan proses pembelajaran maka tujuan pendidikan untuk mencetak generasi akhlakul karimah tidak akan berhasil.
Berdasarkan pokok pemikiran di atas penulis tertarik untuk meneliti dan mengangkat menjadi skripsi dengan judul "penanaman nilai-nilai agama Islam pada siswa taman kanak-kanak (studi kasus di RA X) dengan alasan sebagai berikut:
1. Fase kanak-kanak merupakan fase yang paling baik untuk menerapkan dasar-dasar hidup beragama, oleh karena itu penanaman nilai-nilai yang baik sangat dibutuhkan oleh manusia kapanpun dan di manapun.
2. Untuk menciptakan pribadi seorang anak yang shaleh dan shalehah, maka dibutuhkan cara-cara metode yang sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.
3. Setiap lembaga mempunyai fungsi dan tujuan dalam melaksanakan proses pendidikannya, adapun fungsi utama pendidikan itu adalah untuk menumbuhkan kreatifitas peserta pendidik dan menanamkan nilai yang baik karena itu tujuan akhir pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi kreatif peserta didik agar menjadi manusia yang baik, menurut pandangan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.

B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah fahaman dalam memahami judul skripsi ini, penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang digunakan yaitu:
1. Penanaman, penanaman adalah proses (perbuatan, cara) menanamkan.
Jadi yang dimaksud penanaman di sisni adalah bagaimana usaha seorang guru menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak didiknya yang dilandasi oleh pemahaman terhadap berbagai kondisi pembelajaran yang berbeda-beda.
2. Nilai Agama Islam
Nilai adalah seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran keterikatan atau perilaku.
Jadi nilai agama Islam adalah seperangkat keyakinan yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran yang bersumber pada ajaran agama Islam.
3. Taman Kanak-Kanak
Taman Kanak-Kanak adalah jenjang pendidikan pra sekolah untuk anak-anak (yang berumur 3-6 tahun).

C. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah dan penegasan istilah seperti dikemukan di atas, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses penanaman nilai-nilai agama Islam di Taman Kanak-Kanak?
2. Bagaimana metode penanaman nilai-nilai agama Islam di Taman Kanak-Kanak?
3. Bagaimana hasil dari penggunaan metode penanaman nilai-nilai agama Islam?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui proses penanaman nilai-nilai agama Islam di Taman Kanak-Kanak.
2. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan dalam penanaman nilai agama Islam di Taman Kanak-Kanak.
3. Untuk mengetahui hasil dari penggunaan metode penanaman nilai-nilai agama Islam.

E. Metodologi Penelitian
Adapun mengenai sumber data yang digunakan pada metodologi penelitian, penulis membaginya dalam dua bagian:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara lansung dari masyarakat, baik yang dilakukan secara wawancara observasi dan alat lainnya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tinjauan historis, sarana dan prasarana, keadaan gedung, guru siswa dan karyawan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan kepustakaan yang merupakan data penunjang sebagai data pendukung sebagai bahan perbandingan, penjelasan atau analisis yang dianggap relevan dengan kajian ini. Sumber sekunder yang dimaksud adalah buku-buku atau bentuk karya tulis lain yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai agama Islam.
Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Proses penanaman nilai-nilai agama Islam di Taman Kanak-Kanak, meliputi pengembangan agama Islam di Raudlatul athfal, metode penanaman nilai-nilai agama Islam.
b. Hasil penggunaan metode penanaman nilai-nilai agama Islam.

F. Metode Penelitian
Ada dua metode dalam penulisan penelitian ini, yaitu:
1. Metode Pengumpulan Data
Ada dua metode yang dipakai penulis dalam mengumpulkan data yang pertama library research, salah satu yang perlu dilakukan dalam persiapan penelitian adalah mendayagunakan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dan juga informasi yang tersedia. Pemamfaatan perpustakaan ini diperlukan baik untuk penelitian lapangan maupun penelitian bahan dokumentasi (data sekunder). Tidak mungkin suatu poenelitian dapat dilakukan dengan baik tanpa orientasi pendahuluan di perpustakaan. Dalam hal ini penulis akan memanfaatkan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan yang berupa: buku-buku ilmiah, majalah dan lain sebainya yang ada kaitannya dengan nilai-nilai agama Islam. Field research yaitu data yang diambil dari lapangan dengan menggunakan metode:
a. Metode Observasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Metode observasi ini peneliti gunakan untuk mengetahui proses penanaman nilai-nilai agama Islam di RA X.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.19 Interviu ini penulis gunakan untuk menambah keterangan/informasi tentang bagaimana metode penanaman nilai-nilai agama Islam. Interviu ini peneliti lakukan dengan guru-guru di RA X.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger agenda dan sebagainya.
Metode ini peneliti pergunakan untuk mendapatkan keterangan RA X, yang meliputi tinjauan historis, letak geografis, struktur organisasi, keadaan para pengajar dan siswa, serta sarana dan prasarana.
2. Metode Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data, maka tahap berikutnya adalah analisis data.
Adapun metode yang penulis gunakan adalah:
a. Metode induktif yaitu suatu analisa dengan mengambil kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta khusus menuju umum.
b. Metode deduktif yaitu menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan untuk menuju pernyataan khusus dengan menggunakan penalaran.
c. Metode Diskriptif yaitu representasi obyektif terhadap fenomena yang ditangkap. Metode tersebut menuturkan dan mentafsirkan data yang ada, data yang mula-mula dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan dinalisis.
Yang penulis maksudkan di sini adalah menggambarkan serta menjelaskan tentang metode yang digunakan dan hasil penggunaan dari metode dalam penanaman nilai agama Islam.
Orang tua berperan membentuk pribadi anggota keluarga terutama anak. Usaha membimbing, mengarahkan, dan memperbaiki perilaku anak merupakan perilaku orang tua yang disengaja. Peran ini berlangsung melalui interaksi didalam keluarga. Penanaman nilai dalam keluarga pada umumnya menjadi komitmen bagi orang tua. Hal ini akan dilakukan dengan cara pemberian pendidikan atau bimbingan yang berkenaan dengan penanaman nilai bagi anak. Permasalahannya yaitu, (1) Peran apa saja yang dilakukan oleh orang tua dalam penanaman nilai agama, nilai budi pekerti dan nilai sosial dan (2) Faktor apa yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan penanaman nilai agama, nilai budi pekerti dan nilai sosial bagi anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran apa saja yang dilakukan oleh orang tua dalam penanaman nilai agama, nilai budi pekerti, dan nilai sosial bagi anak di Desa Kedungsari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan penanaman nilai agama, nilai budi pekerti, dan nilai sosial bagi anak di Desa Kedungsari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Lokasi penelitian dilakukan di desa Kedungsari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Fokus penelitiannya tentang penanaman nilai agama, budi pekerti dan sosial. Subjek penelitian pada para orang tua dan beberapa tokoh masyarakat dan aparat desa. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data penyajian data dan simpulan atau verifikasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagian besar orang tua di Desa Kedungsari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal sudah melaksanakan penanaman nilai agama, nilai budi pekerti dan nilai sosial bagi anak-anaknya. Berdasarkan abstraksi di atas, diharapkan agar kajian penelitian ini memberikan bekal kepada masyarakat agar dapat menjalankan nilai agama, budi pekerti dan nilai sosial. Selain itu anak-anak juga sudah memiliki prilaku yang baik hasil dari bimbingan yang diberikan orang tuanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar