Rabu, 11 Januari 2012

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Tugas Individu

TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Semester Pendek Mandiri (SPM) Mata Kuliah Teknologi Pendidikan Dengan Dosen Penguji Yuberti, M.Pd.
                                                                                              
Di susun oleh:
Nama : Anita Susanti
Npm : 081010145
Smestr/ jurusan : VII (Tujuh)/ Pendidikn Agama Islam
                                           


 







INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN
FAKULTAS TARBIYAH
LAMPUNG
                                                        2012      



1.        Deskripsikan hakekat teknologi pendidikan!
Jawab:
Teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977). Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya lebih konkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP dan sebagainya.
2.        Mengapa teknologi pendidikan sangat diperlukan dalam suatu pembelajaran?
Jawab:
Untuk mempermudah menjangkau warga dimanapun mereka berada, melayani sejumlah besar dari mereka yang belum memperoleh kesempatan belajar, memenuhi kebutuhan belajar untuk dapat mengikuti perkembangan, dan meningkatkan efektivitan dan efisiensi dalam belajar.
3.        Tumbuh dan berkembangnya definisi Teknologi Pendidikan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, mengapa hal ini terjadi?
Jawab:
Hal itu terjadi karena teknologi pemebelajaran pada awalnya hanya dipandang sebagai alat berubah ke sistem yang lebih luas, dari hanya berorientasi pada praktek menuju ke teori dan praktek,  dari produk menuju ke proses dan produk, dan akhirnya melalui perjalanan evolusionernya saat ini teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang kajian, program studi dan profesi.
4.        Berkaitan dengan soal nomor 3, uraikan perubahan definisi Teknologi Pendidikan serta konsep apa yang muncul dalam masing-masing perubahan!
       Jawab:
       Rumusan tentang pengertian teknologi pembelajaran telah mengalami beberapa perubahan, sejalan dengan sejarah dan perkembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi tentang teknologi pembelajaran yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan teknologi pembelajaran.
Ø Definisi Association for Educational Communications Technology (AECT, 1963) atau Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan).
“Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendesain, dan menggunakan pesan untuk  mengendalikan  proses belajar, mencakup kegiatan: (a) mempelajari kelemahan dan kelebihan suatu pesan  dalam proses belajar; (b) penstrukturan dan sistematisasi  oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan, meliputi: perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya adalah pemanfaatan setiap metode dan media komunikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi peserta didik secara maksimal” (Ely, 1963:18-19).
Definisi di atas masih menggunakan istilah komunikasi audio-visual, namun telah menghasilkan kerangka dasar bagi pengembangan teknologi pembelajaran berikutnya serta  dapat mendorong terjadinya peningkatan kualitas dan efisiensi pembelajaran.
Ø Definisi Commission on Instruction Technology (CIT) 1970
Teknologi pembelajaran diartikan sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis…..bagian yang membentuk teknologi pembelajaran adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya.”
“Teknologi pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu tujuan pembelajaran khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan non manusia agar belajar dapat berlangsung efektif.”
Dengan mencantumkan istilah tujuan pembelajaran khusus, tampaknya rumusan tersebut berusaha mengakomodir pengaruh pemikiran B.F. Skinner (salah seorang tokoh Psikologi Behaviorisme) dalam teknologi pembelajaran. Begitu juga, rumusan tersebut memandang pentingnya penelitian tentang metode dan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus.
Ø Definisi Silber 1970
“Teknologi pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan-pasokan, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar) serta pengelolaan usaha pengembangan  (organisasi dan personal) secara sistematik, dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar”.
Definisi yang dikemukakan oleh Kenneth Silber di atas menyebutkan istilah pengembangan. Pada definisi sebelumnya yang dimaksud dengan pengembangan lebih diartikan  pada pengembangan potensi manusia. Dalam definisi Silber, penggunaan istilah pengembangan memuat dua pengertian, disamping berkaitan dengan pengembangan potensi manusia juga diartikan pula sebagai pengembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri, yang mencakup: perancangan, produksi, penggunaan atau pemanfaatan dan penilaian teknologi untuk pembelajaran.
Ø Definisi MacKenzie dan Eraut 1971
“Teknologi pendidikan merupakan suatu studi yang sistematik mengenai cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai”
Definisi sebelumnya meliputi istilah, “mesin”, instrumen” atau “media”, sedangkan dalam definisi ini  tidak menyebutkan perangkat lunak maupun perangkat keras, tetapi lebih berorientasi pada proses dalam mencapai tujuan.
Ø Definisi AECT 1972
Pada tahun 1972, AECT berupaya  merevisi defisini yang sudah ada (1963, 1970, 1971), dengan memberikan rumusan sebagai berikut :
“Teknologi pendidikan adalah suatu bidang garapan yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam: identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut”.
Definisi ini didasari semangat untuk menetapkan komunikasi audio-visual sebagai suatu bidang studi. Ketentuan ini mengembangkan gagasan bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu profesi.
Ø Definisi AECT 1977
“Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia.
Definisi tahun 1977, AECT berusaha mengidentifikasi teknologi pendidikan sebagai suatu teori, bidang garapan dan profesi. Definisi sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan teknologi pendidikan sebagai suatu teori.
Ø Definisi AECT 1994
Instructional technology is the theory and practice of design, development, utilization, management and evaluation of processes and resources for learning’ (Seels dan Richey, 1994, p.1)” Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi  tentang proses dan sumber untuk belajar.
Meski dirumuskan dalam kalimat yang lebih sederhana, definisi ini sesungguhnya mengandung pengertian yang mendalam. Definisi ini berupaya semakin memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang garapan dan profesi,  yang perlu didukung oleh landasan teori dan praktek.  Definisi ini juga  berusaha menyempurnakan wilayah atau kawasan bidang kegiatan teknologi pembelajaran melalui kajian terori dan penelitian. Di samping itu, definisi ini berusaha menekankan pentingnya proses dan produk.
Ø Definisi menurut Anglin 1995.
“ teknologi pendidikan adalah kombinasi dari pembelajaran, belajar, pengembangan, pengelolaan, dan teknologi lain yang diterapkan untuk memecahkan masalah pendidikan.” (Anglin, 1995:8)
Definisi ini memandang teknologi pendidikan sebagai salah satu cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Sejak dimasukkannya unsur teknologi ke dalam kajian dan praktek pendidikan, semenjak itulah lahir disiplin teknologi pendidikan.
Ø Definisi menurut Hackbarth 1996.
“ teknologi pendidikan adalah konsep multidemensional yang meliputi: 1) suatu proses sistematis yang melibatkan penerapan pengetahuan dalam upaya mencari solusi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah-masalah belajar dan pembelajaran, 2) produk seperti buku teks, program audio, program televisi, software komputer, dan lain-lain, 3) suatu profesi yang terdiri dari berbagai kategori pekerjaan, dan 4) merupakan bagian spesifik dari pendidikan.” (Hackbarth, 1996)
Berdasarkan definisi ini teknologi pendidikan mempunyai dua bidang kajian utama, yaitu: a). mengkaji tentang teori belajar dan perilaku manusia lainnya (soft technology), dan b). mengkaji teknologi terapan yang diaplikasikan untuk memecahkan masalah pembelajaran (hard technology). Namun, fokus dari teknologi pembelajaran bukan pada proses psikologis bagaimana peserta didik belajar, melainkan pada proses bagaimana teknologi perangkat lunak dan keras digunakan mengkomunikasikan pengetahuan, keterampilan, atau sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik mengalami perubahan perilaku seperti yang diharapkan (Atwi Suparman, 2004: 30).
Ø Definisi menurut AECT (2004):
“Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources” (AECT, 2004).
Definisi terbaru teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktek dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Dengan demikian tujuannya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran agar lebih efektif, efisien dan menyenangkan serta  meningkatkan kinerja.
5.        Uraikan masing-masing kawasan dalam Teknologi Pendidikan, konsep apa saja yang terkandung pada masing-masing kawasan?
Jawab:
a.    Kawasan desain
Yang dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk (Seels & Richey, 2000: 32). Kawasan desain bermula dari gerakan psikologi pembelajaran, terutama diilhami pemikiran B.F. Skinner (1954) tentang teori pembelajaran berprogram (programmed instructions). Pada tahun 1969  pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang preskriptif tentang desain turut memicu kajian tentang desain. Pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan terprogram, seperti “Learning Resource and  Development Center” pada tahun 1960 semakin memperkuat kajian tentang desain. Dalam kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, Direktur Learning Resource and  Development Center tersebut  menulis dan berbicara tentang desain pembelajaran sebagai inti dari teknologi pendidikan.
Kawasan desain ini meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu: (1) desain sistem pembelajaran; (2) desain pesan; (3) strategi pembelajaran; dan (4) karakteristik peserta didik (Seels & Richey, 2000: 33).
b.    Kawasan pengembangan
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun strategi pembelajarannya. Pada dasarnya kawasan pengembangan terjadi karena: a) pesan yang didorong oleh isi, b) strategi pembelajaran yang didorong oleh teori, c) manifestasi fisik dari teknologi – perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran.
Kawasan pengembangan ini meliputi: (1) teknologi cetak; (2) teknologi audio-visual; (3) teknologi berbasis komputer; dan (4) multimedia (Seels & Richey, 2000:39).
c.    Kawasan pemanfaatan
Kawasan pemanfaatan mungkin merupakan kawasan teknologi pembelajaran yang tertua, mendahului kawasan desain dan produksi media pembelajaran yang sistematis. Kawasan ini berasal dari gerakan pendidikan visual pada dekade pertama abad ke 20, dengan didirikannya museum-museum. Pada tahun-tahun awal abad ke-20, guru mulai  berupaya untuk menggunakan  film teatrikal dan film singkat mengenai pokok-pokok pembelajaran di kelas.
Karya  Dale pada 1946 yang berjudul Audiovisual Materials in Teaching, yang di dalamnya mencoba memberikan rasional umum tentang pemilihan bahan belajar dan aktivitas belajar yang tepat. Heinich, Molenda dan Russel dalam buku Instructional Materials and New Technologies of Instruction (1986) mengemukakan model ASSURE, sebagai acuan prosedur untuk merancang pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran. Langkah-langkah ASSURE meliputi:  (1) Analyze leraner (menganalisis peserta didik); (2) State objective (merumuskan tujuan);(3)  Select media and materials (memilih media dan bahan); (4) Utilize media and materials (menggunakan media dan bahan), (5) Require learner participation (melibatkan peserta didik) ; dan (6) Evaluate and revise (penilaian dan revisi).
d.   Kawasan pengelolaan
Dengan  semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang teknologi pembelajaran ini, teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi. Teori pengelolaan proyek mulai digunakan, khususnya dalam proyek desain pembelajaran. Teknik atau cara pengelolaan proyek-proyek terus dikembangkan, dengan meminjam dari bidang lain. Tiap perkembangan baru memerlukan cara pengelolaan baru pula.
e.    Kawasan Penilaian
Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program, proyek, dan produk. Penilaian program merupakan evaluasi yang menaksir kegiatan pendidikan yang memberikan pelayanan secara berkesinambungan dan sering terlibat dalam penyusunan kurikulum. Sebagai contoh misalnya penilaian untuk program membaca dalam suatu wilayah persekolahan, program pendidikan khusus dari pemerintah daerah, atau suatu program pendidikan berkelanjutan dari suatu universitas.

6.        Berkaitan dengan soal no.5, bgaimanakah keterkaitan antar kawasan?
Jawab:
·       Hubungan antar kawasan dapat bersifat tidak linier, dengan kata lain bagaimana kawasan-kawasan tersebut saling melengkapi dengan ditunjukannya lingkup peneltian dan teori dalam setiap kawasan.
·       Hubungan antar kawasan bersifat sinergik. Misalnya : Seorang praktisi yang bekerja dalam kawasan pengembangan menggunakan teori dari kawasan desain, seperti teori desain system pembelajaran dan desain pesan.
·       Hubungan kawasan dalam bidang bersifat saling melengkapi, setiap kawasan memberikan kontribusi terhadap kawasan yang lain dan kepada penelitian maupun teori yang digunakan bersama oleh semua kawasan.
7.        Berkaitan dengan soal  no.5, bagaimanakah peran dan fungsi kawasan Teknologi Pendidikan?
Jawab:
Mengetengahkan sifat taksonomi dari struktur kawasan. Tujuan utama dalam membuat suatu taksonomi adalah untuk mempermudah komunikasi. (Bloom, 1956 : 10-11)
Pesatnya perubahan dan penyesuaian teknologi menuntut terjadinya alih pengetahuan dari teknologi yang satu kepada yang lain. Tanpa “kemungkinan dapat ditransfer” ini landasan penelitian harus diciptakan kembali untuk setiap teknologi yang baru. Dengan mengidentifikasi lingkup taksonomi, kaum akademisi dan para praktisi  dapat memecahkan permasalahan penelitian, dan para praktisi bersamadengan para teoritisi dapat mengidentifikasi kelemahan teori dalam menunjang dan meramalkan aplikasi Teknologi Pembelajaran.
                            
8.        Berikan contoh suatu kasus dalam belajar dan pembelajaran, tunjukkan peran teknologi pendidikan dalam memecahkan masalah tersebut!
Jawab:
Teknologi pembelajaran berperan dalam upaya pemecahan masalah pendidikan dan pembelajaran dengan cara:
1) memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem;
2) memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak, dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di antaranya;
3) menggunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar;
4) timbulnya daya lipat atau efek sinegi, dimana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan (Miarso, 2004:78). Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah.

Contoh kasus:
Dalam suatu kelas yang memiliki kapasitas siswa yang banyak, tentu saja seorang guru yang mrmiliki volume suara yang kurang lantang akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi pembelajaran. Disinilah peran Teknologi Pendidikan sangat dibutuhkan guna membantu proses pembelajaran. Disini kita dapat menggunakan alat teknologi pendidikan berupa OHP, agar dapat menjangkau seluruh siswa yang ada di kelas tersebut.