Rabu, 11 Januari 2012

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Tugas Individu

TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Semester Pendek Mandiri (SPM) Mata Kuliah Teknologi Pendidikan Dengan Dosen Penguji Yuberti, M.Pd.
                                                                                              
Di susun oleh:
Nama : Anita Susanti
Npm : 081010145
Smestr/ jurusan : VII (Tujuh)/ Pendidikn Agama Islam
                                           


 







INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN
FAKULTAS TARBIYAH
LAMPUNG
                                                        2012      



1.        Deskripsikan hakekat teknologi pendidikan!
Jawab:
Teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977). Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya lebih konkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP dan sebagainya.
2.        Mengapa teknologi pendidikan sangat diperlukan dalam suatu pembelajaran?
Jawab:
Untuk mempermudah menjangkau warga dimanapun mereka berada, melayani sejumlah besar dari mereka yang belum memperoleh kesempatan belajar, memenuhi kebutuhan belajar untuk dapat mengikuti perkembangan, dan meningkatkan efektivitan dan efisiensi dalam belajar.
3.        Tumbuh dan berkembangnya definisi Teknologi Pendidikan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, mengapa hal ini terjadi?
Jawab:
Hal itu terjadi karena teknologi pemebelajaran pada awalnya hanya dipandang sebagai alat berubah ke sistem yang lebih luas, dari hanya berorientasi pada praktek menuju ke teori dan praktek,  dari produk menuju ke proses dan produk, dan akhirnya melalui perjalanan evolusionernya saat ini teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang kajian, program studi dan profesi.
4.        Berkaitan dengan soal nomor 3, uraikan perubahan definisi Teknologi Pendidikan serta konsep apa yang muncul dalam masing-masing perubahan!
       Jawab:
       Rumusan tentang pengertian teknologi pembelajaran telah mengalami beberapa perubahan, sejalan dengan sejarah dan perkembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi tentang teknologi pembelajaran yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan teknologi pembelajaran.
Ø Definisi Association for Educational Communications Technology (AECT, 1963) atau Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan).
“Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendesain, dan menggunakan pesan untuk  mengendalikan  proses belajar, mencakup kegiatan: (a) mempelajari kelemahan dan kelebihan suatu pesan  dalam proses belajar; (b) penstrukturan dan sistematisasi  oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan, meliputi: perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya adalah pemanfaatan setiap metode dan media komunikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi peserta didik secara maksimal” (Ely, 1963:18-19).
Definisi di atas masih menggunakan istilah komunikasi audio-visual, namun telah menghasilkan kerangka dasar bagi pengembangan teknologi pembelajaran berikutnya serta  dapat mendorong terjadinya peningkatan kualitas dan efisiensi pembelajaran.
Ø Definisi Commission on Instruction Technology (CIT) 1970
Teknologi pembelajaran diartikan sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis…..bagian yang membentuk teknologi pembelajaran adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya.”
“Teknologi pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu tujuan pembelajaran khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan non manusia agar belajar dapat berlangsung efektif.”
Dengan mencantumkan istilah tujuan pembelajaran khusus, tampaknya rumusan tersebut berusaha mengakomodir pengaruh pemikiran B.F. Skinner (salah seorang tokoh Psikologi Behaviorisme) dalam teknologi pembelajaran. Begitu juga, rumusan tersebut memandang pentingnya penelitian tentang metode dan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus.
Ø Definisi Silber 1970
“Teknologi pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan-pasokan, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar) serta pengelolaan usaha pengembangan  (organisasi dan personal) secara sistematik, dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar”.
Definisi yang dikemukakan oleh Kenneth Silber di atas menyebutkan istilah pengembangan. Pada definisi sebelumnya yang dimaksud dengan pengembangan lebih diartikan  pada pengembangan potensi manusia. Dalam definisi Silber, penggunaan istilah pengembangan memuat dua pengertian, disamping berkaitan dengan pengembangan potensi manusia juga diartikan pula sebagai pengembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri, yang mencakup: perancangan, produksi, penggunaan atau pemanfaatan dan penilaian teknologi untuk pembelajaran.
Ø Definisi MacKenzie dan Eraut 1971
“Teknologi pendidikan merupakan suatu studi yang sistematik mengenai cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai”
Definisi sebelumnya meliputi istilah, “mesin”, instrumen” atau “media”, sedangkan dalam definisi ini  tidak menyebutkan perangkat lunak maupun perangkat keras, tetapi lebih berorientasi pada proses dalam mencapai tujuan.
Ø Definisi AECT 1972
Pada tahun 1972, AECT berupaya  merevisi defisini yang sudah ada (1963, 1970, 1971), dengan memberikan rumusan sebagai berikut :
“Teknologi pendidikan adalah suatu bidang garapan yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam: identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut”.
Definisi ini didasari semangat untuk menetapkan komunikasi audio-visual sebagai suatu bidang studi. Ketentuan ini mengembangkan gagasan bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu profesi.
Ø Definisi AECT 1977
“Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia.
Definisi tahun 1977, AECT berusaha mengidentifikasi teknologi pendidikan sebagai suatu teori, bidang garapan dan profesi. Definisi sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan teknologi pendidikan sebagai suatu teori.
Ø Definisi AECT 1994
Instructional technology is the theory and practice of design, development, utilization, management and evaluation of processes and resources for learning’ (Seels dan Richey, 1994, p.1)” Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi  tentang proses dan sumber untuk belajar.
Meski dirumuskan dalam kalimat yang lebih sederhana, definisi ini sesungguhnya mengandung pengertian yang mendalam. Definisi ini berupaya semakin memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang garapan dan profesi,  yang perlu didukung oleh landasan teori dan praktek.  Definisi ini juga  berusaha menyempurnakan wilayah atau kawasan bidang kegiatan teknologi pembelajaran melalui kajian terori dan penelitian. Di samping itu, definisi ini berusaha menekankan pentingnya proses dan produk.
Ø Definisi menurut Anglin 1995.
“ teknologi pendidikan adalah kombinasi dari pembelajaran, belajar, pengembangan, pengelolaan, dan teknologi lain yang diterapkan untuk memecahkan masalah pendidikan.” (Anglin, 1995:8)
Definisi ini memandang teknologi pendidikan sebagai salah satu cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Sejak dimasukkannya unsur teknologi ke dalam kajian dan praktek pendidikan, semenjak itulah lahir disiplin teknologi pendidikan.
Ø Definisi menurut Hackbarth 1996.
“ teknologi pendidikan adalah konsep multidemensional yang meliputi: 1) suatu proses sistematis yang melibatkan penerapan pengetahuan dalam upaya mencari solusi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah-masalah belajar dan pembelajaran, 2) produk seperti buku teks, program audio, program televisi, software komputer, dan lain-lain, 3) suatu profesi yang terdiri dari berbagai kategori pekerjaan, dan 4) merupakan bagian spesifik dari pendidikan.” (Hackbarth, 1996)
Berdasarkan definisi ini teknologi pendidikan mempunyai dua bidang kajian utama, yaitu: a). mengkaji tentang teori belajar dan perilaku manusia lainnya (soft technology), dan b). mengkaji teknologi terapan yang diaplikasikan untuk memecahkan masalah pembelajaran (hard technology). Namun, fokus dari teknologi pembelajaran bukan pada proses psikologis bagaimana peserta didik belajar, melainkan pada proses bagaimana teknologi perangkat lunak dan keras digunakan mengkomunikasikan pengetahuan, keterampilan, atau sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik mengalami perubahan perilaku seperti yang diharapkan (Atwi Suparman, 2004: 30).
Ø Definisi menurut AECT (2004):
“Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources” (AECT, 2004).
Definisi terbaru teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktek dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Dengan demikian tujuannya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran agar lebih efektif, efisien dan menyenangkan serta  meningkatkan kinerja.
5.        Uraikan masing-masing kawasan dalam Teknologi Pendidikan, konsep apa saja yang terkandung pada masing-masing kawasan?
Jawab:
a.    Kawasan desain
Yang dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk (Seels & Richey, 2000: 32). Kawasan desain bermula dari gerakan psikologi pembelajaran, terutama diilhami pemikiran B.F. Skinner (1954) tentang teori pembelajaran berprogram (programmed instructions). Pada tahun 1969  pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang preskriptif tentang desain turut memicu kajian tentang desain. Pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan terprogram, seperti “Learning Resource and  Development Center” pada tahun 1960 semakin memperkuat kajian tentang desain. Dalam kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, Direktur Learning Resource and  Development Center tersebut  menulis dan berbicara tentang desain pembelajaran sebagai inti dari teknologi pendidikan.
Kawasan desain ini meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu: (1) desain sistem pembelajaran; (2) desain pesan; (3) strategi pembelajaran; dan (4) karakteristik peserta didik (Seels & Richey, 2000: 33).
b.    Kawasan pengembangan
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun strategi pembelajarannya. Pada dasarnya kawasan pengembangan terjadi karena: a) pesan yang didorong oleh isi, b) strategi pembelajaran yang didorong oleh teori, c) manifestasi fisik dari teknologi – perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran.
Kawasan pengembangan ini meliputi: (1) teknologi cetak; (2) teknologi audio-visual; (3) teknologi berbasis komputer; dan (4) multimedia (Seels & Richey, 2000:39).
c.    Kawasan pemanfaatan
Kawasan pemanfaatan mungkin merupakan kawasan teknologi pembelajaran yang tertua, mendahului kawasan desain dan produksi media pembelajaran yang sistematis. Kawasan ini berasal dari gerakan pendidikan visual pada dekade pertama abad ke 20, dengan didirikannya museum-museum. Pada tahun-tahun awal abad ke-20, guru mulai  berupaya untuk menggunakan  film teatrikal dan film singkat mengenai pokok-pokok pembelajaran di kelas.
Karya  Dale pada 1946 yang berjudul Audiovisual Materials in Teaching, yang di dalamnya mencoba memberikan rasional umum tentang pemilihan bahan belajar dan aktivitas belajar yang tepat. Heinich, Molenda dan Russel dalam buku Instructional Materials and New Technologies of Instruction (1986) mengemukakan model ASSURE, sebagai acuan prosedur untuk merancang pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran. Langkah-langkah ASSURE meliputi:  (1) Analyze leraner (menganalisis peserta didik); (2) State objective (merumuskan tujuan);(3)  Select media and materials (memilih media dan bahan); (4) Utilize media and materials (menggunakan media dan bahan), (5) Require learner participation (melibatkan peserta didik) ; dan (6) Evaluate and revise (penilaian dan revisi).
d.   Kawasan pengelolaan
Dengan  semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang teknologi pembelajaran ini, teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi. Teori pengelolaan proyek mulai digunakan, khususnya dalam proyek desain pembelajaran. Teknik atau cara pengelolaan proyek-proyek terus dikembangkan, dengan meminjam dari bidang lain. Tiap perkembangan baru memerlukan cara pengelolaan baru pula.
e.    Kawasan Penilaian
Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program, proyek, dan produk. Penilaian program merupakan evaluasi yang menaksir kegiatan pendidikan yang memberikan pelayanan secara berkesinambungan dan sering terlibat dalam penyusunan kurikulum. Sebagai contoh misalnya penilaian untuk program membaca dalam suatu wilayah persekolahan, program pendidikan khusus dari pemerintah daerah, atau suatu program pendidikan berkelanjutan dari suatu universitas.

6.        Berkaitan dengan soal no.5, bgaimanakah keterkaitan antar kawasan?
Jawab:
·       Hubungan antar kawasan dapat bersifat tidak linier, dengan kata lain bagaimana kawasan-kawasan tersebut saling melengkapi dengan ditunjukannya lingkup peneltian dan teori dalam setiap kawasan.
·       Hubungan antar kawasan bersifat sinergik. Misalnya : Seorang praktisi yang bekerja dalam kawasan pengembangan menggunakan teori dari kawasan desain, seperti teori desain system pembelajaran dan desain pesan.
·       Hubungan kawasan dalam bidang bersifat saling melengkapi, setiap kawasan memberikan kontribusi terhadap kawasan yang lain dan kepada penelitian maupun teori yang digunakan bersama oleh semua kawasan.
7.        Berkaitan dengan soal  no.5, bagaimanakah peran dan fungsi kawasan Teknologi Pendidikan?
Jawab:
Mengetengahkan sifat taksonomi dari struktur kawasan. Tujuan utama dalam membuat suatu taksonomi adalah untuk mempermudah komunikasi. (Bloom, 1956 : 10-11)
Pesatnya perubahan dan penyesuaian teknologi menuntut terjadinya alih pengetahuan dari teknologi yang satu kepada yang lain. Tanpa “kemungkinan dapat ditransfer” ini landasan penelitian harus diciptakan kembali untuk setiap teknologi yang baru. Dengan mengidentifikasi lingkup taksonomi, kaum akademisi dan para praktisi  dapat memecahkan permasalahan penelitian, dan para praktisi bersamadengan para teoritisi dapat mengidentifikasi kelemahan teori dalam menunjang dan meramalkan aplikasi Teknologi Pembelajaran.
                            
8.        Berikan contoh suatu kasus dalam belajar dan pembelajaran, tunjukkan peran teknologi pendidikan dalam memecahkan masalah tersebut!
Jawab:
Teknologi pembelajaran berperan dalam upaya pemecahan masalah pendidikan dan pembelajaran dengan cara:
1) memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem;
2) memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak, dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di antaranya;
3) menggunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar;
4) timbulnya daya lipat atau efek sinegi, dimana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan (Miarso, 2004:78). Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah.

Contoh kasus:
Dalam suatu kelas yang memiliki kapasitas siswa yang banyak, tentu saja seorang guru yang mrmiliki volume suara yang kurang lantang akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi pembelajaran. Disinilah peran Teknologi Pendidikan sangat dibutuhkan guna membantu proses pembelajaran. Disini kita dapat menggunakan alat teknologi pendidikan berupa OHP, agar dapat menjangkau seluruh siswa yang ada di kelas tersebut.

Minggu, 25 Desember 2011

Kritik Ali Syari'ati terhadap Marxisme


KRITIK ALI SYARI’ATI TERHADAP MARXISME







Proposal

Diajukan Untuk diseminarkan dan Memenuhi
Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin

Oleh
Gesit Yudha
0831010020

Jurusan Aqidah Filsafat




FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
2012



Kritik Ali Syari’ati terhadap Marxisme

A.    Penegasan Judul
Sebelum penulis melakukan pembahasan serta penjelasan mengenai judul yang diangkat, maka penulis akan menguraikan secara singkat maksud dari judul skripsi “Kritk Ali Syari’ati terhadap Marxisme” untuk menghindarkan kesalahan pembaca dalam memahaminya.
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.[1] Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[2]
Salah satu alasan mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris. Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya. Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.[3]
Marxisme di pandang sebagai senjata yang paling efektif. Padahal jarang di sadari bahwa Marxisme sendiri sebetulnya adalah produk sejarah, organisasi sosial, dan pandangan kultural Barat. Bukan karena figur pendiri dan pemimpin nya semua orang Barat tetapi dengan menggunakan analisis Marxis, ideologi itu sendiri harus di anggap semata-mata superstruktur yang tegak di atas infrastruktur sosial dari sistem produksi industri borjuis Barat modern.
Marxisme  secara dogmatis membagi masyarakat ke dalam dua bagian: infrastruktur dan suprastruktur. Marxisme menyebut yang pertama “cara produksi”, yang di tentukan sesuai dengan sifat “alat produksi”. Karena itu, bentuk dari suprastruktur yang meliputi agama, moral, kesusasteraan, seni, psikologi, filsafat; pemikiran dan kepercayaan eksistensial, politik, sosial, ekonomi, humanistis dan seterusnya, sampai pada setiap bayangan ideologi pun timbul dari alat produksi.
Untuk memahami dasar filosofis pandangan Marxisme yang anti relijius, kita harus melihat karya para intelektual yang di anggap oleh kaum Marxis sebagai termasuk kelompok kaum borjuis baru. Dengan pengaruh mengasingkan dari agama , apabila seseorang dapat menghindari dari pengasingan ini,seseorang akan sampai pada dirinya, mengalami kesadaran diri sebagai Homo homini deo (manusia yang menjadi Tuhan bagi dirinya).
Marxisme dengan dasar pemikiran ekonomisnya  bagi semua eksistensi manusia, bagi kehidupan manusia dan sejarah, mengubah sosialisme ke dalam tatanan ekonomis murni yang berdasar pada “kekayaan material melalui industri”, dan mengambil dialektika Hegel (yang berpendapat bahwa Tuhan di wujudkan dalam sejarah manusia) alat untuk merealisasikan kehidupan borjuis bagi kaum proletar.
Dalam menolak marxis ini, Syari’ati di bantu oleh pengenalannya yang akrab dengan para pendahulunya Marxisme dalam pemikiran Eropa dan lingkungan sejarah intelektual yang menandai doktrin itu dengan stempel Barat yang tak dapat di hapus ,walaupun doktrin itu sengaja di ekspor ke dunia ketiga sebagai alat untuk menandingi Barat. Lebih-lebih kritikannya mengenai Marxisme di letakkan dalam konteks pandangan terpadu dan pernyataan Islam sebagai ideologi. Jelas bahwa kritiknya tidak semata-mata di dorong oleh rasa permusuhan . Kombinasi dari faktor-faktor ini menghasilkan suatu analisis dan penolakan yang gamblang dan meyakinkan serta radikal dan tanpa kompromi.[4]

B.     Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan penulis dalam memilih judul penelitian ini adalah sebagai berikut : 
Dengan segenap semangat misionarisnya, dank arena alasan bahwa Marxisme
  1. Mempunyai misi global tanpa batasan khusus yang bersifat relijius, cultural atau nasional
  2. Merupakan suatu ideologi yang luas dan jelas batas-batasnya, yang berusaha mempertahankan dengan bersemangat dogma-dogma yang telah terkristal kuat
  3. Tidak hanya mengajukan system khusus ekonomi atau politis, tetapi juga menyusup ke dalam setiap daerah, setiap dimensi eksistensial pribadi dan sosial manusia: material, spiritual, intelektual, dan moral
  4. Memiliki landasan filosofis dan kepercayaan yang mendasari analisisnya, pemecahananya bagi setiap pertanyaannya mengenai manusia dan masyarakat, di waktu lampau dan mendatang
  5. Berlandaskan materialisme dialektika yang mengandung kemiripan yang jelas dan tak terbantah dengan bentuk fanatisme relijius yang paling kuat dan, menurut kaum Marxis bukan semata-mata perspektif filosofis seperti milik kaum materialis dan naturalis sekuler Yunani kuno atau abad ke 18 (yang hanya menyampaikan abstraksi tentang manusia dan alam), melainkan juga “satu-satunya deskripsi ilmiah yang lengkap mengenai realita” dan suatu misi fanatic yang tidak dapat mentolerir setiap perspektif lain yang berdampingan dengannya
  6. Menganggap dirinya kebenaran yang absolut dan eksklusif, di sampingnya hanya ada kekeliruan  absolut maka Marxisme memandang bahwa tugasnya adalah  pemusnahan secara sistematis segala bentuk agama. Karena Marxisme pada dasarnya menganggap agama sebagai suatu bukan saja sia-sia tetapi bahkan secara intelektual merusak. Marxisme menganggap agama adalah musuh rakyat, suatu rintangan jalan, dan Marxisme tak pernah berusaha menutupi kejujuran kata-kata Lenin: ‘Kita harus memperlakukan agama secara bengis”


C.    Latar Belakang Masalah

Malapetaka modern yang mengarah pada kerusakan dan kemerosotan kemanusiaan dapat di kelompokkan dalam dua judul pokok sistem sosial, sistem intelektual. Dalam kedua sistem sosial yang di luar tampak bertentangan ini yang merangkul manusia baru atau mengundang manusia kedalam rangkulannya ,sangat terasa sekali adanya kenyataan bahwa manusia suatu esensi utama dan supra materi secara tragis telah di lupakan.

Kedua sistem sosial ini kapitalisme dan komunisme walaupun berbeda dalam bentuk lahirnya, menganggap manusia sebagai binatang ekonomis (economic animal). Penampilan mereka yang berbeda mencerminkan persoalan siapa di antara mereka yang lebih sukses dalam memenuhi kebutuhan binatang ini.

Ekonomisme adalah prinsip dasar filsafat kehidupan dalam masyarakat kapitalis industri barat, tepat seperti yang di katakan Francis Bacon :”Ilmu meninggalkan pencarian kebenaran ,dan beralih mencari kekuatan”.

“kebetulan-kebetulan” material yang di timbulkan setiap hari dan yang secara berangsur-angsur semakin besar (sehingga lingkup konsumsi dapat di perbesar dalam kuantitas.kualitas dan juga variasi ,agar mesin-mesin produksi raksasa dapat di beri makan selagi mereka berpacu dalam kesintingan),mengubah orang-orang menjadi penyembah konsumsi.

            Setiap hari beban yang semakin berat di timpakan pada khalayak ramai,  sehingga keajaiban teknologi modern yang seharusnya telah membebaskan umat manusia dari perbudakan kerja jasmani dan menambah waktu santai, ternyata tak berbuat demikian. Begitu cepat kebutuhan material artificial melampaui kecepatan teknologi produksi yang sudah sedemikian hebat itu. Tiap hari kemanusiaan semakin terserat kearah pengasingan, lebih tenggelam dalam pusaran gila kecepatan yang memaksa. Bukan saja tidak ada waktu untuk menumbuhkan nilai kemanusiaan, keluhuran moral dan kepekaan ruhaniah, makhluk ini malahan tenggelam dalam bekerja untuk mengonsumsi dan mengonsumsi untuk bekerja. Penyelaman kedalam persaingan edan mengejar kemewahan dan penyimpangan ini telah menyebabkan nilai tradisional merosot dan juga menghilang.


Dalam masyarakat komunis kita dapatkan hal serupa nilai moral kemanusiaan terus menurun. Banyak kaum intelektual merenungkan kontras ekonomi dan politis antara masyarakat komunis dan kapitalis. Mereka menganggap komunis berbeda dengan kapitalis dalam hal antropologi, filsafat kehidupan dan humanisme. Tetapi kita lihat jelas bahwa masyarakat komunis, walaupun telah mencapai tahap pertumbuhan ekonomi yang relatif maju, amat menyerupai borjuis barat dalam hal perilaku ssial, psikologi sosial, pandangan individual, filsafat hidup dan tabiat kemanusiaan. Yang sedang di perselisihkan dalam masyarakat komunis sekarang dengan nama Fourierisme[5], emboorgoisement(pemborjuisan), dan bahkan liberalisme tidak lain dari pada suatu orientasi kepada manusia barat kontemporer. Perhatian yang kuat terhadap mode dan kemewahan yang sekarang merata ,baik dalam kehidupan individu maupun dalam system produksi. Negara muncul dari kenyataan bahwa pada akhirnya masyarakat marxis dan kapitalis mempersembahkan satu jenis manusia yang sama bagi pasaran sejarah kemanusiaan.

Demokrasi dan liberalisme Barat sesuci apapun keduanya di sebut-sebut dalam teori-pada prakteknya tak lebih dari pada kesempatan gratis untuk makin memamerkan semangat ini, dan untuk menciptakan secara makin cepat dan kasar suatu arena bagi kekuatan-kekuatan yang haus akan keuntungan, yang di tugaskan untuk mengubah manusia menjadi binatang ekonomis yang konsumtif.

Jadi sekarang kita lihat adanya kapitalisme Negara dengan sosialisme, diktator Pemerintahan dengan nama “kediktatoran proletar’, tunggal fanatisme kepercayaan dengan nama “materialisme dialektis”diamat[6] dan akhirnya, kepercayaan pada prinsip mekanisme dan ekonomisme demi pencapaian kekayaan ekonomi secepatnya, agar segera melewati sosialisme menuju komunisme. Semuanya ini adalah beban yang menimpa kemanusiaan atas nama kemauan suci, bebas dan kreatif ;serta mencampakkan kemanusiaan seakan-akan sebagai suatu benda social kedalam organisasi yang kasar, tetapi serba melingkupi yaitu kedalam suasana yang paling nyata dari pengasingan politis dan intelektual, sama seperti yang di bicarakan Marx dalam hubungannya manusia borjuis.

            Materialisme pada umumnya mengakui kenyataan (materi) yang secara obyektif riil tak tergantung dari kesadaran, dari perasaan, dari pengalaman dll. daripada umat manusia. Materialisme historis mengakui kehidupan sosial tak tergantung dari kesadaran sosial  umat manuisa. Kesadaran baik di sana maupun di sini adalah hanya cerminan daripada kenyataan, paling-paling cerminannya hanya mendekati ketepatan (yang adekwatif, yang secara idiil tepat). Di dalam filsafat Marxisme itu, yang dituang dari sebungkal baja, tidak bisa diambil baik pangkal dasarnya, maupun bagiannya yang penting, tanpa menghindarkan diri dari kebenaran obyektif, tanpa terperosok ke dalam pelukan tipuan burjuasi reaksioner.
Berangkat dari masalah ini, penulis berkeinginan untuk mengangkat ke permukaan pandangan Ali Syari’ati Kritik Islam atas Marxisme karena itulah kajian skripsi ini penulis beri judul “Pandangan Islam terhadap Marxisme’


D.    Rumusan Masalah
            Dari latar belakang tersebut diatas ada beberapa permasalahan yang kiranya perlu diangkat sebagai rumusan masalah diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Apa pemikiran Marx terhadap dunia modern?
2.      Bagaimanakah pandangan Islam atas paham marxis?


E.     Tujuan Penelitian
            Penelitian pada umumnya memiliki tujuan untuk menambah wawasan pemikiran terhadap obyek yang dikaji juga penelitian yang akan peneliti bahas melalui skripsi ini.  Adapun mengenai tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pandangan Ali Syari’ati mengenai Marxisme
2.      Supaya mengetahui akar paham marxis itu sendiri
3.      Serta untuk mengetahui pandangan Islam terhadap paham Marxisme.
F.     Metodelogi Penelitian
            Metode suatu penelitian akan sangat bergantung pada pokok permasalahan dan sifat penelitian tersebut. Sedangkan untuk mendapatkan data yang obyektif bagi suatu penelitian, Maka setiap penelitian ilmiah harus menggunakan suatu metode penelitian tertentu. Guna memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Maka dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:

1.  Jenis Dan Sifat Penelitian
      a.  Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library reseach), yang dimaksud dengan penelitian kepustakaan menurut Hermawan Warsito ialah: suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan mengumpulkan data dari berbagai literatur dari perpustakaan.[7]  

      b.  Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat “Diskriptif Analisis” yaitu Penelitian hanya melukiskan, memaparkan dan melaporkan suatu obyek atau gejala tertentu dengan cara melakukan penyelidikan yang kritis serta  kehati-hatian dan menganalisa sebuah persoalan yang sedang dihadapi.[8]  Metode ini digunakan untuk memaparkan serta menggambarkan pendapat Ali Syari’ati tentang kritik Islam atas Marxisme.

2.  Alat Pengumpul Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
a.   Data Primer
Yang dimaksud dengan data primer adalah suatu data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya[9]  Dalam hal ini penulis menggunakan buku aslinya sebagai data primer adapun  sumber primer dalam penelitian ini adalah Kritik Islam Atas Marxisme dan sesat piker Barat lainnya.

b.   Data Sekunder
            Data sekunder adalah data yang tidak berkaitan secara langsung dengan sumber aslinya.[10] Adapun data-data sekunder yang dapat diambil adalah dari karya ilmiah, jurnal, buku literatur, yang berkaitan dengan pembahasan yaitu yang membahas tentang marxis.

3.   Metode pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara membaca, mencatat serta menyusun data-data yang diperoleh itu menurut pokok bahasan masing-masing. Adapun tehnik dari pengumpulan data-data tersebut penulis menggunakan antara lain:
1)   Kartu Ihtisar
Pencatatan hanya garis besar  dari pokok karangan, sumber data atau pendapat seorang tokoh. Dengan demikian pencacatan ini harus dilakukan akurat karena untuk menghindari kekaburan dari sumber aslinya.
2)   Kartu Kutipan
Yaitu pencatatan sesuai dengan aslinya dan tidak mengurangi dan menambah atau merubah walaupun satu kata, huruf maupun tanda baca. Adapun mempertinggi penelitian kutipan diadakan pengecekan ulang ketika selesai mengutip, lalu disertai dengan halaman sumber yang terdapat diakhir kutipan.
3)   Kartu komentar / Ulasan
Kartu ini memuat catatan khusus yang datang dari peneliti sebagai refleksi terhadap suatu sumber data yang dibaca. Komentar atau ulasan tersebut dapat berupa krirtik, saran, kesimpulan, atau berupa penjelasan kembali terhadap sumber data yang bersifat pribadi.[11]

4.   Analisa Data
            Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya dilakukan tahapan analisis terhadap data-data tersebut. Dalam menganalisa data peneliti mengunakan metode:
a.   Analisa Komperatif
Yaitu suatu cara membandingkan data yang diperoleh dari perpustakaan yang merupakan data kualitatif untuk menemukan persamaan dan perbedaan terhadap suatu ide.[12]
Metode ini dipergunakan untuk memperjelas pendapatAli Syari’ati untuk menemukan titik mengkritisi atas Marxis
b.   Analisa Deduktif
Selanjutnya dalam mengambil kesimpulan ini, peneliti menggunakan metode deduktif yaitu suatu cara mengambil kesimpulan dari uraian-uraian yang bersifat umum, kepada uraian kesimpulan yang bersifat khusus.[13]

OUT LINE SEMENTARA

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Penegasan  judul
B.     Alasan memilih judul
C.     Latar belakang masalah
D.    Rumusan masalah
E.     Tujuan penelitian
F.      Metodelogi penelitian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA
A.    PengertianMarxisme
B.     Ajaran marxis
C.     Pandangan Islam terhadap marxis
BAB III BIOGRAFI ALI SYARI’ATI TENTANG FAHAM MARXIS
A.    Sekilas tentang Ali Syari;ati
1.      Riwayat hidup dan latar belakang pendidikannya
2.      Pemikiran dan karya-karyanya
3.      Pandangan Ali Syari;ati terhadap Marxis

BAB IV  ANALISIS ISLAM TERHADAP MARXIME
Pokok-pokok ajaran marx tentang dunia modern dan Islam menaggapinya
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN




DAFTAR PUSTAKA
Ali Syari’ati,Kritik Islam atas Marxisme dan sesat piker Barat lainnya.Bandung:Mizan 1980
Anton Baker Dan Zubair Ahmad Charis, Metodelogi Penelitian Filsafat, Yogyakarta : Kanisius 1990.
Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius.
Chalid narbuko,Abu Dawud, Metodelogi Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara, 1991.
Daniel L. Pals. 1996. Seven Theories of Religion. Yogyakarta: Qalam
Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung, Panduan Proses dan Prosedur Penyusunan Skripsi, Bandar Lampung : Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung, 2005
Hermawan Warsirto, Pengantar Metodelogi Penelitian, Jakarta : Gramedia Utama, 1992.
Kartini Kartono, Metodelogi Penelitian, Bandung : Mandar Maju,  1996.
Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama..
P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Robert Audi. 1995. The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom: Cambridge University Press.



[1] Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.. 572-575
[2] Robert Audi. 1995. The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom: Cambridge University Press. Hlm. 465-467.
[3] Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 164-171.
[4] Ali Syari’ati.1980.Kritik Islam atas Marxisme dan sesat pikiran Barat lainnya.Bandung.Mizan Hlm. 42-43
[5] Turunan(transkip) harfiahnya disni adalah”furalisme”,kami duga bahwa mungkin kata yang di maksud adalah “formalisme”

[6] Diamat;suatu singkatan dari “dialectical materialism”,yakni materialisme yang merupakan”prinsip kepercayaan yang harus mendasari pendidikan kaum muda,penyelidikan ilmiah,kesusasteraan dan seni,filsafat serta pandangan ilmiah”.Dengan kata lain,materialisme adalah semacam peraturan relijius tanpa agama

[7] Hermawan Warsirto, Pengantar Metodelogi Penelitian, Gramedia Utama, Jakarta, 1992. Hlm.10
[8] Kartini Kartono, Metodelogi Penelitian, Mandar Maju,  Bandung, 1996. Hlm.33
[9] Chalid narbuko,Abu Dawud, Metodelogi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 1991.Hlm.43
[10] Ibid.
[11]Anton Baker Dan Zubair Ahmad Charis, Metodelogi Penelitian Filsafat, Kanisius Yogyakarta, 1990. Hlm.63
[12] Suharsimi Arikunto, Op.Cit., Hlm.247
[13] Anton Baker, Op.Cit., Hlm.17