Selasa, 24 Mei 2011

Makna Ibadah

Ketika dikatakan bahwa tujuan dari penciptaan adalah ibadah, sebagian menyangka bahwa yang dimaksud dengan ibadah adalah hanyalah melaksanakan amalan-amalan dan ritual-ritual yang bernama doa seperti shalat, puasa dan bermacam-macam zikir.
Apakah hakikat ibadan dan penyembahan hanyalah seperti ini? Tentu saja tidak. Karena doa hanyalah bagian dari ibadah. Berdasarkan pandangan dunia al-Quran, setiap gerakan dan perbuatan positif yang dilakukan oleh manusia merupakan ibadah, dengan syarat, gerak dan perbuatan tersebut harus dilakukan berdasarkan pada motivasi untuk mendekat pada rububiyyah dan dilakukan berlandaskan pada nilai-nilai kewajiban Ilahi.
Oleh karena itu, definisi dari petani yang pada pertengahan malam menggunakan tangan-tangan kasarnya untuk mengairi perkebunan dan lahan pertaniannya demi menyejahterakan kehidupannya dan keluarganyam para pekerja yang bergelimang dengan suara-suara bising mesin-mesin pabrik dari pagi hingga malam hari, dokter yang berada di ruang operasi dengan seluruh daya dan konsentrasinya untuk menyelamatkan jiwa manusia, seorang dosen yang melakukan observasi dan pengkajian pada tengah malam untuk memecahkan kesulitan pemikiran manusia, dan sebagainya, jika dilakukan dengan niat dan tujuan Ilahi, maka setiap saat baginya berada dalam keadaan ibadah.
Ringkasnya, tujuan dari semua amal, perbuatan dan perilaku manusia adalah untuk Allah Swt, yaitu manusia akan sampai pada tahapan dimana bahkan makan, munum, tidur,, hidup dan matinya, keseluruhannya adalah untuk Allah Swt, sebagaimana dalam salah satu firman-Nya, “Katakanlah, “Sesungguhnya salat, ibadah, hidup, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. Al-An’am [6]: 162)
Gerakan-gerakan dan pikiran-pikiran yang ditekankan sebagai doa dalam Islam adalah supaya manusia menjaga penghambaannya dan mengarahkan dirinya kepada Tuhan dengan kesadaran yang dimilikinya. Doa tidaklah sebagaimana yang dipersangkakan oleh sebagian pihak tenang ketiadaannya interfensi dalam perbuatan Tuhan, melainkan merupakan perantara dan wasilah untuk memperkuat kehendak dan cahaya harapan dalam menghilangkan hambatan-hambatan yang menghalangi jalan pertambahan tingkat manusia, ketika seluruh pintu di hadapan manusia telah tertutup dan manusia berhadapan dengan jalan buntu dan kehilangan harapan, maka doa merupakan satu-satunya wasilah untuk kegembiraan dan kebahagiaan ruh dan berpaling dari kesedihan dan bergerak ke arah jurang yang mendaki menuju kesempurnaan, Dengan melalui doa, manusia akan mencuci karat-karat dan pencemaran yang terdaoat di dalam dirinya dan mempersiapkan dirinya hingga melangkah pada lintasan kesempurnaan.
Hakikat doa merupakan “terbangnya” ruh ke arah Yang Dicintai dan “terbangnya” hamba ke arah Tuhan, sebuah “penerbangan” dari tingkatan yang sangat rendah yang tanpa batas ke arah tingkatan yang sangat tinggi yang juga tanpa batas, dan merupakan “penerbangan” hamba yang rendah ke arah kesempurnaan Ilahi.
Alexis Carel berkaitan dengan masalah ini menuliskan, “Kepada manusia, doa memberikan kekuatan untuk menanggung kesedihan dan musibah dan ketika kata-kata rasional tidak lagi mampu untuk memberikan harapan, doa akan memberikan harapan kepadanya dan memberikan kekuatan dan kodrat untuk berdiri tegak dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar.”[7]
Doa memberikan pengaruh pada sifat-sifat dan karakteristik-karakteristik manusia. Oleh karena itu, doa harus dilakukan secara kontinyu.[8]
Masyarakat yang membunuh kebutuhannya berdoa, biasanya tidak akan terbebas dari kerusakan dan kerendahan.[9]
William James dalam masalah doa mengatakan,  “Sebagaimana kita menerima hakikat-hakikat dan realitas-realitas yang ada pada dunia medis, para ahli medis mengungkapkan bahwa pada banyak kasus, doa, memberikan pengaruh pada kesembuhan kondisi pasien. Oleh karena itu, harus diketahui bahwa doa merupakan salah satu dari perantara yang berpengaruh dalam pengobatan. Dalam banyak kasus yang dihadapi oleh manusia, doa sangat berpengaruh untuk menyembuhkan penyakit-penyakit ruh dan hasilnya, akan diikuti dengan kesehatan badan dan jasmani mereka.[10]
Doa dan shalat bukan merupakan perintah imajiasi atau benak melainkan perolehan lebih banyak dari kekuatan spiritual atau dengan kata lain, rahmat Ilahi.[11]
Berdasarkan apa yang telah kami katakan, ibadah -yang dalam agama Islam merupakan filosofi dan tujuan penciptaan- memiliki suatu karakteristik penting yang sama sekali tidak dipunyai oleh satu agama atau mazhab manapun hingga sekarang ini selain agama Islam, karakteristik itu adalah meliputi aktivitas-aktivitas manusia, apakah manusia itu sedang berdoa kepada Tuhannya, melakukan shalat, dan mensucikan dirinya, maupun sedang sibuk dan melakukan kegiatan di tengah-tengah masyarakat, di tengah-tengah keluarga, atau menjalin hubungan yang erat dengan istri, anak-anak, dan kedua orang tua. Sementara ibadah dalam mazhab dan agama yang lain hanya berkaitan dengan uapcara doa dan menjalin hubungan dengan Tuhan secara resmi, dan tidak mencakup kegiatan-kegiatan budaya, politik, ekonomi, keluarga, dan yang sejenisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar