Tujuan dalam setiap penelitian dan observasi adalah pengetahuan ,yaitu pengetahuan tentang kenyataan .Berbagai macam objek penelitian akan menentukan model ilmu pengetahuan yang di hasilkan .Namun jika di lihat dari filsafat pengetahuan,secara faktual bermacam-macam pendekatan ,metode,prosedur dan sebagainya juga akan menentukan macam-macam pengetahuan yang di hasilkan dan secara umum dapat di bedakan dalam dua model ilmu pengetahuan yaitu ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial.
Fisika ,kimia,biologi dan ilmu-ilmu pengetahuan sejenisnya yang berkaitan dengan objek alamiah masuk kedalam tipe ilmu pengetahuan yang pertama(ilmu pengetahuan alam) dan berbagai macam gejala kemanusiaan dan kebudayaan termasuk dalam tipe ilmu pengetahuan yang kedua(ilmu pengetahuan sosial).Persoalannya adalah apakah dengan perbedaan objek itu lantas di perlukan juga pendekatan yang sama atau berbeda.Jawaban yang mendominasi dunia intelektual semenjak puncak zaman modern(kontemporer)adalah tidak perlu ada perbedaan pendekatan.Panangan ini nampak berdasarkan fakta bahwa pendekatan ilmu-ilmu alam telah sukses dalam menjelaskan gejala-gejala alam sampai menjadi teknologi spektakuler dan sangat canggih.Kesuksesan tersebut oleh sebgian filosof dan ilmuan di yakini akan sama apabila juga di terapkan pada ilmu-ilmu pengetahuan masyrakat(sosial).
Pada penggemar pandangan yang terakhir ini secara epistemologi termasuk dalam aliran positivisme.Aliran positivisme di pelopori oleh Auguste Comte dan kemudian oleh toko-tokoh lingkungan Wina(neo-positivis dar abad ke 20,mereka semua ingin menerapkan metode penelitian ilmu-ilmu alam pada keseluruh kenyataan,termasuk kenyataan social masyarakat.)Riset ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan pada masyarakat Indonesia misalnya lazim menggunakan pendekatan kuantitatif,suatu pendekatan yang mencari objektifitas dan kebebasan nilai dan ini adalah pengaruh dari metode ilmu-ilmu pengetahuan alam yang memang terbukti sukses melahirkan berbagai bentuk teknologi.
Perkembangan berikutnya khususnya di dunia belahan barat ,semenjak abad ke 19 positivisme di anggap tidak memadai lagi atau relevan untuk memahami manusia dan masyarakat ,bahkan sudah banyak tokoh Barat yang memandang positivisme sebagai akar dehumanisasi dan dominasi totaliter modern.Sesungguhnya secara faktual dan esensial posotivis adalah jiwa dan ruhnya modernitas yang telh mencabik-cabik kehidupan manusia,oleh karena itu kritik atas modernitas harus di mulai dari kritik atas positivisme dengan upaya untuk mendisains kekhasan metodelogi ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan kemanusian yang tepat dan dapat menjawab berbagai problem kemanusiaan dewasa ini.
Sebagai implikasi dari model ilmu pengetahuan yang di bangun dengan epistemologi positivisme dapat di lihat dari pernyataan WHITE HEAD(2005:10)bahwa sains ekonomi polilik sebagaimana di kaji pada periode setelah kematian ADAM SMITH(1790)lebih banyak mendatangkan bahaya dan manfaatnya .Sains ini memusnahkan banyak kesalahan ekonomi dan mengajarkan evolusi ekonomi agar selanjutnya lebih cepat maju.Akan tetapi sain semacam itu menancapkan pada manusia seperangkat abstraksi tertentu yang pengaruhnya sangat berbahaya berbahaya bagi mentalitas manusia modern,karena mendehumanisasikan industri .Tentunya menurut WHITE HEAD ini anya salah satu contoh mengenai bahaya umum yang in heren dalam sains modern khas positivisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar