Sabtu, 18 Juni 2011

Sejarah Bahasa Arab

1. Sejarah bahasa Arab
Ilmuwan Barat berbeda pendapat mengenai asal-usul dan sejarah bahasa secara umum. Di antara mereka ada yang mengatakan, bahwa bahasa merupakan sebuah pemberian atau hibah yang paling berharga dari Allah swt. kepada penduduk bumi. Dan dengan bahasa itulah Allah swt membedakan manusia dari segenap makhluk lainnya. Bagi mereka, para sebagian Ilmuwan Barat, bahasa bisa dikatakan bersumber dari Tuhan. Sementara sebagian Ilmuwan Barat lainnya berpendapat, bahwa bahasa merupakan hasil buatan dan temuan seiring dengan berkembangnya kreatifitas manusia.
Adapun bahasa Arab secara khusus, para Ilmuwan Barat juga berbeda pendapat mengenai sejarah asal-usulnya. Apakah bahasa merupakan hasil inspirasi atau hanya sekedar sebuah istilah saja? Memang secara khusus, sejarah sendiri tidak mengabadikan seperti apa secara jelasnya sejarah bahasa tersebut terlahir dari lisan manusia.
Menurut Ibnu Faris, bahasa Arab bersumber secara tauqify (kondisional) dari Allah swt sesuai dengan waktu dan kondisi. Ibnu Faris mengambil dalil dari al-Qur’an QS. Al-Baqarah: 31, وعلم آدم الأسماء كلها
Artinya: “…Dan Allah swt mengajarkan pada Adam berupa nama-nama.
Kemudian menurut Ibnu Abbas, bahwa Allah swt ketika mengajarkan bahasa Arab kepada nabi Adam as tidak sekaligus, tetapi secara bertahap sesuai dengan kejadian, kondisi dan waktu yang dihadapi. Selain Ibnu Abbas juga ada ahli bahasa yang berpendapat senada dengan sebelumnya, seperti Abu Utsman al-Jahizh.
Sementara Ibnu Jinny berpendapat lain, bahwa bahasa Arab bukan merupakan hasil dari tauqify dan wahyu. Sebenarnya Ibnu Jinny sendiri kalau dicermati dari pendapatnya, beliau sendiri sepertinya merasa ragu dengan pendapatnya tersebut. Dan pendapat beliau terbantahkan dengan kebenaran al-Qur’an yang mengatakan, bahwa sumber ilmu pada mulanya adalah manusia pertama itu sendiri, dalam hal ini nabi Adam as. yang merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah swt. di muka bumi. (MOHON DIKEMBANGKAN LAGI).

2. Perbandingan bahasa secara umum, sejak masa Jahiliyah, masa Kenabian, masa Sahabat, masa Tabi’in, dan masa sekarang.
            Perbandingan bahasa secara umum, sejak masa Jahiliyah, masa Kenabian, masa Sahabat, masa Tabi’in, dan masa sekarang sangat terjaga keasliannya. Sebab, di setiap masa memiliki banyak para Sastrawan yang berkembang sehingga orisinalitas bahasa Arab tetap utuh. Dan yang membuat bahasa Arab semakin terjaga keasliannya adalah adanya mukjizat al-Qur’an yang diturunkan Allah swt pada nabi Muhammad saw. Tidak ada yang mampu menandingi keindahan bahasa al-Qur’an karena ketinggian nilai sastra yang dikandungnya. Sehingga para sastrawan non-Islam dengan terpaksa harus mengakui keunggulan sastra al-Qur’an.
            Namun, ada sedikit perbedaan dari segi kebahasaan antara bahasa Arab di masa Jahiliyah dan di masa-masa setelahnya. (SILAHKAN DICARI DI BERBAGAI SUMBER).

3. Pengertian Lahjah
            Pengertian Lahjah dalam istilah modern adalah kumpulan dari sifta-sifat bahasa yang cenderung pada daerah tertentu. Dan termasuk orang-orang yang ada di daerah tersebut. Atau dalam bahasa yang lebih akrab Lahjah adalah sebuah dialek atau gaya bahasa daerah. Masing-masing Lahjah memiliki karakteristik tersendiri seiring dengan fenomena dan faktor-faktor yang membuat bahasa tertentu mempunyai cirri khasnya. (BOLEH DIKEMBANGKAN LAGI).

4 - 5. Perbedaan antara Lahjah bahasa Arab al-Fushha dan al-‘Ammiyyah
            Lahjah bahasa Arab Fushha merupakan dialek Arab yang pada umumnya digunakan dalam bahasa kesatuan negara-negara Arab. Secara khusus lahjah bahasa Arab Fushha lebih banyak dipakai dalam forum-forum resmi, seperti seminar, buku-buku sastra dan pendidikan yang ada hubungannya dengan keilmuan.
            Sedangkan Lahjah bahasa Arab ‘Ammiyyah adalah bahasa yang digunakan secara umum oleh manusia dalam kehidupan dan pergaulan mereka sehari-hari sesuai dengan tujuan yang diinginkan masing-masing. Seiring dengan berjalannya waktu dan zaman, Lahjah bahasa Arab ‘Ammiyyah memiliki karakteristik tersendiri yang itu merupakan pengaruh dari lingkungan atau ke-daerahan.
            Para peneliti bahasa berpendapat, bahwa seluruh Lahjah bahasa Arab ‘Ammiyyah mempunyai kemiripan dengan bahasa asli atau bahasa dasar Arabnya. Dan di sisi lain, Lahjah bahasa Arab ‘Ammiyyah juga merupakan dampak dari adanya pengaruh dunia Barat yang ingin menghilangkan bahasa asli Arab. Adapun di sisi lain juga sebab terjadinya perbedaan Lahjah bahasa Arab antara Negara-negara Timur Tengah salah satunya adalah  akibat dari masa-masa penaklukan kota-kota Arab di masa lalu. Pada saat terjadi interaksi dengan penduduk kota yang ditaklukkan gesekan interaksi tidak dapat dihindari. Lalu percampuran dan tarik menarik pengaruh antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain membuat lahjah bahasa sedikit demi sedikit tercemar.
Namun, kita patut bersyukur bahasa Arab Fushha tetap terjaga dengan adanya al-Qur’an. Sesuai dengan firman Allah swt: إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون
(CARI AYAT DI ATAS TERDAPAT DI QS. APA?)
Sampai sekarang Lahjah bahasa Arab ‘Ammiyyah masih tetap dipakai dalam bahasa percakapan sehari-hari sesuai dengan Negara masing-masing.

6. Antara bahasa Arab yang digunakan di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga dan bahasa Arab Fushha
            Secara umum, bahasa Arab yang diajarkan di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga sama seperti bahasa Arab Fushha yang diajarkan di Negara-negara Arab pada umumnya. Sebab, sumber rujukan kurikulum yang dipakai –khususnya di tingkat Madrasah Aliyah- merupakan hasil kolaborasi dengan kurikulum yang ada di lembaga-lembaga pendidikan di Timur Tengah.
            Namun, ada perbedaan dari segi aplikasi di lapangan dan praktek muhadatsah (percakapan) sehari-hari. Kalau dilihat dari asal daerah santri dan satriwati yang ada di kampus Pondok Pesantren Raudhatul Ulum sangat beragam. Rata-rata santri dan santriwatinya berasal dari wilayah Sumatera Selatan. Seperti halnya pengaruh bahasa lingkungan, tentu dalam percakapan sehari-hari terdapat banyak sekali Lahjah yang mirip dengan daerah-daerah tertentu, seperti: Lahjah Arab Semendo, Lahjah Arab Palembang, Lahjah Arab Sakatiga, Lahjah Arab Komering, Lahjah Arab Ogan, Lahjah Arab, dan Lahjah-lahjah daerah lainnya. (SILAHKAN DIKOMENTARI DAN DIANALISA LEBIH DALAM LAGI).

7. Tingkat Pemahaman Orang Arab jika bahasa Arab -dengan Lahjah Kedaerahan- yang digunakan di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga dipakai dalam Interaksi dengan Orang Arab Langsung
            Tentu orang Arab akan merasa kebingungan merespon apa yang ingin kita sampaikan. Kemungkinan besar orang Arab tidak paham. Sebagai contoh, ketika kita ingin mengatakan “Tidak apa-apa” kepada orang Arab, lalu dipakai bahasa Arab ala percakapan santri لا ماذا ماذا, tentu orang Arab tidak akan paham. Atau contoh-contoh lainnya. (SILAHKAN DIBERIKAN CONTOH SENDIRI).
            Tapi, kalau yang digunakan adalah bahasa yang resmi orang Arab tentu akan paham dan jelas terhadap apa yang kita inginkan.

8. Jika standar percakapan bahasa Arab Santri sehari-hari di Pondok Pesantren Raudhatu Ulum di bawah standar, apa saja yang perlu dilakukan?
            Pertama, yang perlu ditumbuhkan pada setiap santri adalah kesadaran akan pentingnya berbahasa Arab. Kedua, memberikan pemahaman tentang manfaat berbahasa Arab. Ketiga, menciptakan iklim berbahasa Arab. Keempat, menjadikan praktek berbahasa Arab sebagai sebuah budaya dan kebiasaan sehari-hari. Kelima, menyediakan sarana pendukung untuk peningkatan berbahasa Arab. Keenam, menepatkan SDM guru yang mempunyai kafa’ah berbahasa Arab dengan baik untuk berperan aktif sebagai tim peningkatan bahasa Arab secara khusus, dan umumnya bahasa resmi lainnya.

9. Sistem penegakan disiplin berbahasa Arab
            Di dalam sebuah proses pembelajaran harus ada pujian dan hukuman. Bagi yang aktif berbahasa Arab perlu diberikan sebuah pujian atau reward. Sebaliknya bagi yang sering melanggar disiplin tidak berbahasa Arab harus diberikan hukuman. Hanya saja hukuman yang bersifat mendidik. Sejauh mungkin hukuman berupa pukulan sebaiknya dihindari. Namun, jika diperlukan kiranya tidak membahayakan si pelanggar disiplin bahasa tersebut dan masih dalam tahapan edukatif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar